Pelaksanaan Tes Psikologi atau Psikotes sudah gagal sejak
adanya buku psikotes yang beredar. Maksud gagal itu adalah bahwa percuma saja perusahaan
melaksanakan psikotes untuk mengetahui seberapa loyalkah, seberapa jujurkah, seberapa
cerdaskah, seberapa tekun, seberapa tegas, dan komitmen calon karyawannya.
Dengan mempelajari buku psikotes (khususnya tes kematangan) yang
disertai kunci jawabannya, seseorang dapat menjadi pura-pura loyal kepada perusahaan yang ia tuju. Ia bisa
pura-pura berkepribadian hebat dengan jawaban yang telah disediakan di halaman
akhir buku psikotes tersebut.
Ia akan pura-pura tidak akan melakukan korupsi, ia akan
pura-pura senang untuk melakukan lembur, ia bisa saja pura-pura untuk menjadi
pimpinan yang menghargai bawahan.
Karena seseorang terbiasa berlatih tes kematangan yang sudah
disediakan kunci jawabannya, maka ia akan menjawab mana yang menurutnya merupakan
kepribadian paling bijak, meskipun jawaban itu sangat bertentangan dengan
dirinya. Misalnya, ketika ada soal perbedaan pendapat dalam suatu rapat, ia
akan memilih jawaban bahwa perbedaan pendapat bukanlah masalah yang serius. Ia tidak
akan memilih jawaban yang menyebutkan bahwa ia mempertahankan pendapatnya, atau
menerima pendapat orang lain, atau jawaban yang menyebutkan tergantung dengan
siapa ia berdebat. Meskipun mungkin yang sangat sesuai dengan dirinya adalah
jawaban yang terakhir: tergantung dengan siapa berbeda pendapat.
Mungkin pertanyaan no 1 yang harus ada dalam tes kematangan (yang
merupakan bagian dari psikotes) adalah sebagai berikut.
1. Ketika menjawab tes kematangan ini, saya akan pilih ....
a. jawaban yang terbaik karena
saya butuh pekerjaan, meski tidak sesuai dengan kepribadian saya
b. jawaban sesuai yang sudah saya
pelajari dalam buku psikotes
c. jawaban yang sesuai
kepribadian saya
d. pilihan jawaban C